Sabtu, 19 Agustus 2017

ATAP




A.     DEFINISI ATAP
 
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu atau untuk keperluan perlindungan. Atap merupakan bagian dari sistem struktur yang berada pada bagian up struktur. Syarat-syarat atap yang harus dipenuhi antara lain:
1.    Konstruksi atap harus kuat menahan beratnya sendiri dan tahan terhadap tekanan maupun tiupan angin atau bebah-beban lain, seperti berat air hujan.
2.    Agar rangka atap tidak mudah diserang oleh rayap/bubuk, perlu diberi lapisan pengawet (lapisan tir).
3.    Bahan penutup atap harus tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca.
4.    Kemiringan atau sudut lereng atap harus disesuaikan dengan jenis bahan penutupnya.

B.     BENTUK-BENTUK ATAP

Atap dapat direncanakan dengan berbagai macam bentuknya. Kesesuaian dan keserasian dari suatu bangunan dapat dipengaruhi oleh bentuk atapnya. Bermacam-macam bentuk atap yang ada, di antaranya adalah:

1.   Atap Datar

Bentuk atap ini kelihatannya paling sederhana, jika dibandingkan dengan bentuk- bentuk atap lainnya . Atap pelat terbuat dari beton yang ditahan/disangga oleh balok-balok dan kolom-kolom beton dengan ukuran tertentu, sehingga akhirnya merupakan suatu portal.

2. Atap Sandar

Atap sandar sering disebut juga dengan nama atap sengkuap , atau atap tempel. Pada bentuk atap sandar menggunakan konstruksi setengah kuda-kuda untuk rnendukung balok gording. Gunung-gunung adalah merupakan suatu konstruksi pasangan bata yang dapat dipakai untuk menggantikan fungsi kuda-kuda. Kemiringan atapnya dapat diambil 30°@ 40°  bila memakai bahan penutup dari genteng. Untuk bahan penutup atap dari semenasbes gelombang dan seng gelombang kemiringannya dapat diambil 20°  @ 25°, yang pada pemasangannya tidak memerlukan reng.
                                                                                                                                 

3.  Atap Pelana

Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring yang tepi atasnya bertemu pada sate garis lurus, dinamakan bubungan. Di kedua ujung akhir tembok bangunan dibuatkan gunung-gunung sebagai pengganti fungsi kuda-kuda. Kalau bangunannya cukup panjang, maka tiap-tiap jarak 3 m perlu dipasang kuda-kuda untuk menahan gording/bidang penutup atap. Bahan penutupnya banyak yang menggunakan genteng biasa (genteng kampung) maupun seng gelombang.

4. Atap Perisai

Atap perisai merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan menambahkan dua bidang atap miring yang berbentuk segitiga pada ujung akhir atap bangunan. Pertemuan dari tiap dua bidang atap yang merupakan garis miring menyudut Berta menjorok ke_luar dinamakan bubungan miring atau jurai luar. Oleh karena air hujan yang jatuh di sekitar jurai kemudian mengalir ke jurai dalam, maka ini perlu dibuatkan talang. Dengan demikian jurai dalam atau lembahan dapat juga dinamakan jurai talang.


5.   Atap Tenda

Dinamakan atap tenda karena bentuknya menyerupai pasangan tenda. Garis pertemuan dari bidang-bidang atap yang miring serta menjorok ke luar dinamakan jurai luar. Pada atap tenda tidak terdapat jurai dalam atau lembahan.

6.  Atap Menara

Atap menara ini serupa dengan bentuk atap tenda yaitu mempunyai empat bidang atap  dengan sudut apitnya yang sama besar serta ujung bagian atasnya bertemu pada satu titik yang cukup tinggi. Karen keempat bidang atap yang berbentuk segitiga sama besar dengan sudut lereng atapnya besar 75° ), maka puncak atap menara ini berada cukup tinggi, sehingga kelihatannya runcing.

7. Atap Joglo

Atap joglo merupakan atap jurai luar yang patch ke dalam yang seolah-olah terdiri dari dua bagian yaitu: bagian bawah yang mempunyai sudut lereng atap lebih keel atau landai dan bagian atasnya mempunyai sudut lereng atap yang lebih besar, serta menjulang tinggi.

8.     Atap Setengah Bola

Bila dikehendaki bentuk atap yang melengkung, maka dapat digunakan atap setengah bola. Atap ini terbuat dari campuran bahan beton bertulang dengan perbandingan 1 semen + 2 pasir + 3 kerikil dan air. Karena diharapkan mempunyai lengkungan yang baik dan rapih, sehingga sulit sekali/ tidak bisa dibuat dari bahan lain kecuali beton bertulang.

9. Atap Gergaji

Sebutan atap gergaji karena bidang atapnya menyerupai gigi gergaji. Atap ini terdiri dari dua bidang atap yang masing-masing mempunyai sudut lereng sebesar 30° dan 60°.
bidang atap yang miringnya 60° dirubah menjadi vertikal. Pada pertemuan biclang atap miring (30°) dengan yang vertikal (90° )akan terbentuk talang air.

10. Atap Silang

  Bentuk atap silang ini seolah-olah merupakan persilangan dua bentuk atap pelana. Lembahan ini dapat berfungsi sebagai penampung sekaligus mengalirkan air hujan yang jatuh di sekitarnya. Oleh karenanya lembahan ini sering disebut dengan jurai talang atau jurai dalam atau talang miring. Atap ini dapat dikembangkan lagi menjadi bentuk atap gabungan (kombinasi). Dan, pada bentuk atap ini tidak terdapat jurai luar.


11.     Atap Gabungan

Dari sekian banyak bentuk atap yang ada, kemudian dalam penggunaannya digabungkan menjadi satu kesatuan dalam satu bangunan yang kemudian dikenal dengan nama atap gabungan atau atap kombinasi. Atap gabungan ini dapat. terdiri dari gabungan bentuk atap pelana, perisai, datar, setengah lingkaran maupun dengan bentuk atap lainnya sesuai dengan selera.

12. Bentuk-bentuk Atap dalam “Proyeksi”

C.     BAHAN/MATERIAL PENUTUP ATAP

Jenis bahan penutup bidang atap ada bermacam-macam di antaranya: genteng, asbes, seng, sirap, beton, kaca, alang-alang, spandec dan lain-lainnya.
Adapun kriteria dasar untuk dapat memilih bahan penutup atap adalah sebagai berikut:
1.    Tinjauan terhadap iklim setempat,
2.    Bentuk keserasian atap yang dikehendaki.
3.    Tinjauan daripada didirikannya bangunan tersebut
Adapun syarat umum bahan penutup atap adalah:
1.    Bahan harus dapat bersifat isolasi terhadap panas, dingin dan bunyi.
2.    Harus rapat terhadap air hujan/tidak tembus air.
3.    Tidak mengalami perubahan bentuk karena adanya pergantian cuaca.
4.    Tidak terlalu banyak memeriukan perawatan.
Kemiringan dari suatu bentuk atap dibuat dengan maksud:
1.    Agar air hujan yang jatuh pada permukaan bidang atap dengan cepat dapat mengalir meninggalkan bidang atap tersebut, sehingga kemungkinan rembes itu sangat kecil.
2.    Menambah keindahan pandangan dari suatu bangunan.


1.     Genteng biasa (genteng "S")

2.   Genteng biasa ( "S") yang disempurnakan

3.  Genteng kodok (press = silang)

4.   Genteng bubungan (genteng kerpus)

5.   Genteng beton

a.   Genteng warna Tiara
Terbuat dari bahan campuran semen, pasir yang bermutu dan zat pewama pilihan yang dipadu secara sempuma melalui proses industri modem oleh tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman
b.     Genteng "Monier"
Dilihat dari segi bentuknya merupakan suatu macam genteng pres yang cukup kuat dan tahan  terhadap  gangguan  cuaca.  Genteng  beton  ini  cukup  padat/keras  dengan permukaan yang licin; sehingga tidak tembus air dalam keadaan hujan deras dan angin kencang sekalipun.

6.   Genteng kaca

7.   Asbes semen

a.   Fiber semen gelombang 5 ½

b.  Fiber semen gelombang 14

c.   Nok stel 14 gelombang

d.   Nok stel rata

e.   Nok paten rata

f.    Nok paten gelombang

g.   Fiber semen rata/datar

h.   Nok stel 5 ½ gelombang

i.    Penutup ujung

j.    Penutup penjuru

k.   Jalusi

l.    Nok Setengah Lingkaran

m. Nok Harflex Lebar & Separuh

n.   Nok Setengah Gelombang

o.  Nok Stel Rata

p.  Nok Patent Gelombang

q.   Nok Setengah Lingkaran

r.    Penutup ujung atas yang menempel di dinding

s.   Lembaran asbes semen pada bentuk-bentuk atap sederhana

8.     Seng

9.     Sirap

10.  Spandec

D.     KONSTRUKSI RANGKA ATAP/KUDA-KUDA

Suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya dinamakan Kuda-kuda (Rangka atap). Jarak kuda-kuda yang satu dengan yang lainnya biasanya diambil berkisar 3 @ 4 m dari sumbu ke sumbu.
Kuda-kuda ini diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertical. Bentuk dasar konstruksi kuda-kuda:
a.    Akibat adanya beban maka titik pertemuan kedua kaki kuda-kuda bagian atas (P) mengalami perubahan letak yaitu turun ke P', sehingga kaki kuda-kuda menekan ke dua tembok ke arah samping.
b.     Untuk mencegah agar kaki kuda-kuda tidak bergerak ke samping perlu dipasang balok horisontal untuk menahan kedua ujung bawah balok kaki kuda-kuda tersebut. Balok yang horisontal ini dinamakan balok tarik. (AB).
c.      Karena bentangan cukup besar dan beratnya sendiri, mak' balok tank AB akan melentur. Titik, P bergerak turun ke titik P'.

Batang-batang pelengkap kuda-kuda dan bubungan/jurai pada konstruksi atap antara lain, sebagai berikut:,
  • ·         Balok ternbok (plat tembok),
  • ·         Balok gording (gording),
  • ·         Balok bubungan (nok),
  • ·         Papan bubungan,
  • ·         Balok kunci,
  • ·         Balok angin (ikatan silang),
·    Balok topang,
·         Usuk (kasau-kasau),
·         Reng,
  • ·         Balok bubungan miring (jurai luar),
  • ·         Balok lembahan (balok jurai dalam = balok jurai talang),
  • ·         Tiang pincang,
  • ·         Batang tunjang (batang pikul),
  • ·         Batang pincang (batang-batang apit),

E.     KONSTRUKSI BUBUNGAN 

1.     Cara menentukan panjang jurai luar yang sebenarnya

2.   Cara mencari sudut apit bidang-bidang atap

3.   Rencana rangka atap dengan juiai luar dan jurai dalam pada denah bangunan yang menyerupai huruf "L"

  4.   Hubungan antara balok bubungan dengan balok bubungan miring (jurai luar) 
  5.   Hubungan antara balok bubungan miring dengan balok tembok 
  6.   Hubungan antara tiang pincang dengan sambungan balok bubungan miring 
  7.  Hubungan tiang pincang dengan batang tunjang dan batang pincang 
  8.   Hubungan balok bubungan miring dengan gording dan usuk

9.   Potongan hubungan balok bubungan miring dengan gording dan usuk

10.  Hubungan balok tarik dengan tiang gantung dan balok sokong pada kuda- kuda separuh (1/2 kuda-kuda).



F.     BENTUK-BENTUK KONSTRUKSI KUDA-KUDA

Adapun macam-macam bentuk kuda-kuda (rangka atap) yang sering digunakan antara lain:

1.   Kuda-kuda atap seng kuap/sandar dengan bentang 200 @ 300 cm

2.   Kuda-kuda atap pelana yang ditopang oleh tiang dengan bentang 300 @ 400 cm.

3.   Kuda-kuda atap pelana yang didukung oleh tembok dengan bentang 400 cm.

4.   Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 400 @ 600 cm.

5.   Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 400 @ 600 cm. (alternatif)

6.   Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 600 @ 800 cm.

7.   Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 1200 cm.

8.   Kuda-kuda atap joglo

9.   Kuda-kuda atap mansard

10.     Kuda-kuda atap gergaji



G.     RANGKUMAN

Atap merupakan bagian dari up struktur dimana atap berfungsi sebagai penerima beban angin. Atap memiliki bagian-bagian yang sangat penting dalam system struktur diantaranya:
1.      Bentuk atap seperti: plat beton, pelana, perisai, joglo, setengah lingkaran, gergaji, atap setengah, dll.
2.      Bahan/material penutup seperti: genteng, bubungan, asbes semen, seng, sirap dan spandec.
3.      Konstruksi  kuda-kuda,  seperti:  konstruksi  kuda-kuda  pelana  konstruksi  kuda-kuda perisai. Dll.
Dengan memperhatikan system struktur pada atap maka dapatlah disesuaikan dengan system pemasangan dari tiap-tiap bentuk atap, bahan/material penutup dan system konstruksi kuda-kuda yang akan dipasang pada bangunan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar