Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi
sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya
terhadap pengaruh panas, hujan, angin,
debu atau untuk keperluan
perlindungan. Atap merupakan bagian dari sistem struktur yang berada pada bagian up
struktur. Syarat-syarat atap yang harus dipenuhi
antara lain:
1.
Konstruksi atap harus kuat menahan
beratnya sendiri dan tahan terhadap tekanan maupun
tiupan angin atau bebah-beban lain, seperti berat air hujan.
2.
Agar rangka atap tidak mudah diserang oleh rayap/bubuk, perlu diberi lapisan pengawet (lapisan
tir).
3.
Bahan penutup atap harus tahan
terhadap pengaruh perubahan cuaca.
4.
Kemiringan atau sudut lereng atap harus
disesuaikan dengan jenis bahan penutupnya.
B. BENTUK-BENTUK ATAP
Atap dapat direncanakan dengan berbagai macam bentuknya.
Kesesuaian dan keserasian dari suatu bangunan dapat dipengaruhi oleh bentuk atapnya. Bermacam-macam bentuk atap yang ada, di
antaranya adalah:
1. Atap Datar
Bentuk
atap ini kelihatannya paling sederhana, jika dibandingkan dengan bentuk- bentuk atap
lainnya . Atap pelat
terbuat dari beton yang ditahan/disangga oleh balok-balok dan kolom-kolom beton dengan ukuran
tertentu, sehingga
akhirnya merupakan
suatu portal.
2. Atap Sandar
Atap
sandar sering disebut
juga dengan nama atap sengkuap , atau atap tempel.
Pada bentuk atap sandar menggunakan konstruksi setengah kuda-kuda untuk rnendukung balok gording. Gunung-gunung adalah merupakan suatu konstruksi pasangan bata yang dapat dipakai
untuk menggantikan fungsi kuda-kuda. Kemiringan atapnya dapat diambil 30°@ 40° bila memakai
bahan penutup dari genteng. Untuk bahan penutup atap dari semenasbes gelombang dan seng gelombang kemiringannya
dapat diambil 20° @ 25°, yang pada pemasangannya tidak memerlukan
reng.
3. Atap Pelana
Atap
pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring yang tepi atasnya bertemu pada sate garis lurus, dinamakan bubungan. Di kedua
ujung akhir tembok bangunan dibuatkan gunung-gunung sebagai pengganti fungsi kuda-kuda. Kalau bangunannya cukup panjang,
maka tiap-tiap jarak 3 m perlu dipasang kuda-kuda untuk menahan gording/bidang penutup atap. Bahan penutupnya banyak yang menggunakan genteng biasa (genteng
kampung) maupun seng gelombang.
4. Atap Perisai
Atap perisai merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan menambahkan dua bidang atap miring yang berbentuk
segitiga pada ujung akhir atap bangunan.
Pertemuan dari tiap dua bidang atap yang merupakan
garis miring menyudut Berta menjorok ke_luar dinamakan bubungan miring atau
jurai luar. Oleh karena
air hujan yang jatuh di sekitar jurai kemudian mengalir ke jurai dalam, maka ini perlu dibuatkan talang. Dengan demikian jurai dalam
atau lembahan dapat juga dinamakan
jurai talang.
5. Atap Tenda
Dinamakan atap tenda
karena bentuknya menyerupai pasangan tenda. Garis
pertemuan dari bidang-bidang atap yang miring serta menjorok
ke luar dinamakan jurai luar. Pada atap tenda tidak terdapat jurai dalam
atau lembahan.
6. Atap Menara
Atap menara ini serupa dengan bentuk atap tenda yaitu mempunyai empat bidang atap dengan sudut apitnya yang sama besar serta ujung bagian atasnya bertemu pada satu titik yang cukup tinggi. Karen keempat bidang atap yang berbentuk
segitiga sama besar dengan sudut lereng atapnya
besar (± 75° ), maka puncak atap menara ini berada cukup
tinggi, sehingga kelihatannya runcing.
7. Atap Joglo
Atap joglo merupakan atap jurai luar yang patch ke dalam yang seolah-olah terdiri dari dua bagian yaitu: bagian bawah yang mempunyai sudut
lereng atap lebih keel atau landai dan bagian atasnya
mempunyai sudut lereng atap yang lebih besar, serta menjulang
tinggi.
8. Atap Setengah Bola
Bila dikehendaki bentuk atap yang melengkung, maka dapat digunakan atap setengah bola. Atap ini terbuat dari campuran bahan beton bertulang dengan perbandingan 1 semen + 2 pasir + 3 kerikil dan air. Karena diharapkan mempunyai lengkungan yang baik dan rapih,
sehingga sulit sekali/ tidak bisa dibuat dari bahan
lain kecuali beton bertulang.
9. Atap Gergaji
Sebutan
atap gergaji karena bidang atapnya menyerupai gigi gergaji. Atap ini terdiri dari dua bidang atap yang masing-masing mempunyai sudut lereng
sebesar 30° dan 60°.
bidang atap
yang miringnya
60° dirubah menjadi
vertikal. Pada pertemuan
biclang atap miring (30°) dengan
yang vertikal
(90° )akan terbentuk
talang air.
10. Atap Silang
Bentuk atap silang ini seolah-olah merupakan persilangan dua bentuk atap pelana. Lembahan ini dapat berfungsi sebagai
penampung sekaligus
mengalirkan air hujan yang jatuh di sekitarnya. Oleh karenanya lembahan ini sering disebut dengan jurai talang atau jurai dalam atau talang miring. Atap ini dapat dikembangkan lagi menjadi bentuk atap gabungan (kombinasi). Dan, pada bentuk atap ini tidak terdapat jurai luar.
11. Atap Gabungan
Dari sekian banyak bentuk atap yang ada, kemudian
dalam penggunaannya digabungkan menjadi satu kesatuan dalam satu bangunan yang kemudian dikenal dengan nama atap gabungan atau atap kombinasi.
Atap gabungan ini dapat. terdiri dari gabungan bentuk atap pelana, perisai, datar, setengah lingkaran maupun dengan bentuk atap lainnya sesuai dengan
selera.
12. Bentuk-bentuk Atap dalam “Proyeksi”
C. BAHAN/MATERIAL PENUTUP ATAP
Jenis bahan penutup bidang atap ada bermacam-macam di antaranya: genteng, asbes, seng, sirap, beton, kaca, alang-alang, spandec dan lain-lainnya.
Adapun kriteria dasar untuk dapat memilih bahan penutup atap adalah
sebagai berikut:
1.
Tinjauan terhadap iklim setempat,
2.
Bentuk keserasian atap yang dikehendaki.
3.
Tinjauan daripada didirikannya
bangunan tersebut
Adapun syarat umum bahan penutup atap adalah:
1.
Bahan harus dapat bersifat
isolasi terhadap
panas, dingin dan bunyi.
2.
Harus rapat terhadap air hujan/tidak tembus
air.
3.
Tidak mengalami perubahan bentuk
karena adanya pergantian cuaca.
4.
Tidak terlalu banyak memeriukan
perawatan.
Kemiringan
dari suatu bentuk atap dibuat dengan maksud:
1.
Agar air hujan yang jatuh pada permukaan
bidang atap dengan cepat dapat mengalir
meninggalkan bidang atap tersebut, sehingga kemungkinan
rembes itu sangat
kecil.
2.
Menambah keindahan pandangan
dari suatu bangunan.
1. Genteng biasa (genteng "S")
2. Genteng biasa ( "S") yang disempurnakan
3. Genteng kodok (press = silang)
4. Genteng bubungan (genteng kerpus)
5. Genteng beton
a.
Genteng warna Tiara
Terbuat dari bahan campuran semen, pasir yang bermutu dan zat pewama pilihan
yang dipadu secara sempuma melalui proses industri modem oleh tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman
b.
Genteng "Monier"
Dilihat dari segi bentuknya merupakan suatu macam genteng
pres yang cukup kuat dan tahan terhadap
gangguan cuaca. Genteng beton
ini cukup padat/keras
dengan permukaan
yang licin; sehingga tidak tembus air dalam keadaan hujan deras dan angin kencang sekalipun.
6. Genteng kaca
7. Asbes semen
a. Fiber semen gelombang 5 ½
b. Fiber semen gelombang 14
c. Nok stel 14 gelombang
d. Nok stel rata
e. Nok paten rata
f. Nok paten gelombang
g. Fiber semen rata/datar
h. Nok stel 5 ½ gelombang
i. Penutup ujung
j. Penutup penjuru
k. Jalusi
l. Nok Setengah Lingkaran
m. Nok Harflex Lebar & Separuh
n. Nok Setengah Gelombang
o. Nok Stel Rata
p. Nok Patent Gelombang
q. Nok Setengah Lingkaran
r. Penutup ujung atas yang menempel di dinding
s. Lembaran asbes semen pada bentuk-bentuk atap sederhana
8. Seng
9. Sirap
10. Spandec
D. KONSTRUKSI RANGKA ATAP/KUDA-KUDA
Suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri
dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya dinamakan Kuda-kuda (Rangka atap). Jarak kuda-kuda yang satu dengan yang lainnya biasanya diambil berkisar 3 @ 4 m dari sumbu
ke sumbu.
Kuda-kuda ini
diletakkan di
atas dua tembok selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan
bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun momen, karena tembok
hanya mampu menerima
beban vertical. Bentuk dasar konstruksi
kuda-kuda:
a.
Akibat adanya beban maka titik pertemuan kedua kaki kuda-kuda
bagian atas (P) mengalami
perubahan letak yaitu
turun ke P', sehingga
kaki kuda-kuda menekan ke dua tembok ke arah samping.
b.
Untuk mencegah agar kaki kuda-kuda tidak bergerak ke samping perlu dipasang balok horisontal untuk menahan kedua ujung bawah balok kaki kuda-kuda tersebut. Balok yang horisontal ini dinamakan balok tarik. (AB).
c.
Karena bentangan cukup besar dan beratnya sendiri,
mak' balok tank AB akan melentur.
Titik, P bergerak turun
ke titik P'.
Batang-batang pelengkap kuda-kuda dan bubungan/jurai pada konstruksi atap antara
lain, sebagai
berikut:,
- · Balok ternbok (plat tembok),
- · Balok gording (gording),
- · Balok bubungan (nok),
- · Papan bubungan,
- · Balok kunci,
- · Balok angin (ikatan silang),
·
Balok topang,
·
Usuk (kasau-kasau),
·
Reng,
- · Balok bubungan miring (jurai luar),
- · Balok lembahan (balok jurai dalam = balok jurai talang),
- · Tiang pincang,
- · Batang tunjang (batang pikul),
- · Batang pincang (batang-batang apit),
E. KONSTRUKSI BUBUNGAN
1. Cara menentukan panjang jurai luar yang sebenarnya
2. Cara mencari sudut apit bidang-bidang atap
3. Rencana rangka atap dengan juiai luar dan jurai dalam pada denah bangunan yang menyerupai huruf "L"
4. Hubungan antara balok bubungan dengan balok bubungan miring (jurai luar)
5.
Hubungan antara balok bubungan miring dengan balok
tembok
6.
Hubungan antara tiang pincang
dengan sambungan balok
bubungan miring
7. Hubungan tiang pincang dengan
batang tunjang dan batang pincang
8.
Hubungan balok bubungan miring dengan gording dan usuk
9. Potongan hubungan balok bubungan miring dengan gording dan usuk
10. Hubungan balok tarik dengan tiang gantung dan balok sokong pada kuda- kuda separuh (1/2 kuda-kuda).
F. BENTUK-BENTUK KONSTRUKSI KUDA-KUDA
Adapun macam-macam bentuk
kuda-kuda (rangka
atap) yang sering
digunakan antara lain:
1. Kuda-kuda atap seng kuap/sandar dengan bentang 200 @ 300 cm
2. Kuda-kuda atap pelana yang ditopang oleh tiang dengan bentang 300 @ 400 cm.
3. Kuda-kuda atap pelana yang didukung oleh tembok dengan bentang 400 cm.
4. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 400 @ 600 cm.
5. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 400 @ 600 cm. (alternatif)
6. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 600 @ 800 cm.
7. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 1200 cm.
8. Kuda-kuda atap joglo
9. Kuda-kuda atap mansard
10. Kuda-kuda atap gergaji
G. RANGKUMAN
Atap merupakan bagian dari
up struktur
dimana atap berfungsi sebagai penerima
beban angin. Atap memiliki
bagian-bagian yang sangat penting dalam system struktur diantaranya:
1.
Bentuk atap seperti: plat beton, pelana, perisai, joglo, setengah lingkaran, gergaji, atap setengah, dll.
2.
Bahan/material penutup seperti:
genteng, bubungan, asbes
semen, seng, sirap dan spandec.
3.
Konstruksi kuda-kuda,
seperti: konstruksi
kuda-kuda pelana konstruksi
kuda-kuda perisai. Dll.
Dengan memperhatikan system struktur pada atap maka dapatlah disesuaikan dengan system
pemasangan dari tiap-tiap bentuk atap, bahan/material penutup dan system konstruksi
kuda-kuda yang akan dipasang pada bangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar